Mengenal Salvinia molesta

Mengenal Salvinia molesta
Si Penyerbu Ranupani

Salvinia molesta, atau dikenal juga dengan nama Kiambang (dari ki: pohon, tumbuhan, dan ambang: mengapung) dan Kayapu merupakan salah satu jenis  paku air  yang bisa ditemukan mengapung di air menggenang, seperti kolam, sawah dan danau, atau di sungai yang mengalir tenang. Tumbuhan ini merupakan tumbuhan asli Brasil bagian Tenggara dan Argentina bagian utara. Mempunyai  rimpang horisontal (yang terletak di bawah permukaan air) dan dua jenis daun (apung dan terendam), tumbuhan pakis air ini saat dewasa menghasilkan kantung spora berbentuk telur yang mengandung spora tidak subur. Meski tidak memiliki akar sejati namun daunnya yang terendam berfungsi sebagai akar. Daunnya ada tiga gelungan (dua mengambang dan satu terendam). Daun mengambang posisinya berlawanan satu sama lain dengan bentuk bulat sampai lonjong. Di permukaan atas daun-daun tersebut memiliki barisan papila silindris. Masing-masing papilla memiliki empat bulu pada ujung distalnya (masing-masing terdiri dari satu baris sel). Struktur seperti sangkar di ujung rambut merupakan perangkap udara yang efektif yang memberi daya apung di air. Papila di ujung rambut dan permukaan bagian atas tanaman merupakan penolak air, sedangkan yang ada di permukaan bawah daun menarik air. Perbedaan daya tolak dan tarik air inilah yang menjaga posisi tanaman pada permukaan air. Daun salvinia berwarna hijau muda, sering dengan tepi kecoklatan pada tanaman dewasa, dan dengan lipatan khas di tengahnya. Tanaman ini menunjukkan variasi morfologi yang besar tergantung pada kondisi habitat (seperti ketersediaan ruang dan nutrisi), dan berkisar dari spesimen mengambang ramping dengan daun kurang dari 1,5 cm sampai dengan daun setebal 6 cm (Pieterse et al2003; Kay dan Hoyle 1999; Mitchell D. Pers Comm 2005; ARMCANZ ANZECC 2000).

Salvinia bisa menjadi tumbuhan tahunan atau tumbuhan yang tetap hijau/ abadi tergantung pada iklim. Di daerah non tropis, salvinia bisa menjadi tanaman tahunan namun tetap menghasilkan petumbuhan yang signifikan pada musim panas. Pada air yang kaya nutrisi tumbuhan ini dapat mencapai kepadatan 30000 tanaman kecil per m2 dan bahkan dalam kondisi ideal pertumbuhan bisa mejadi 2 kali lipatnya dalam 2 hari. Tumbuhan ini dapat menyebar dengan cepat secara vegetatif dalam suatu badan air maupun antar badan air melalui terbawa oleh hewan, peralatan, kapal atau kendaraan yang terkontaminasi.

Salvinia molesta bisa membentuk lapisan vegetasi padat yang mengurangi aliran air dan menurunkan kadar cahaya dan oksigen di dalam air. Lingkungan gelap yang stagnan ini berdampak negatif pada keanekaragaman hayati dan kelimpahan spesies air tawar, termasuk ikan dan tanaman air yang mudah tenggelam. Invasi Salvinia molesta dapat mengubah ekosistem lahan basah dan menyebabkan hilangnya habitat lahan basah. Salvinia molesta lebih memilih daerah beriklim tropis, sub tropis atau daerah beriklim hangat di dunia dan tumbuh paling baik di badan air yang tenang atau bergerak lambat termasuk selokan, kolam, danau, sungai dan kanal yang lamban. Pada air tenang tersebut salvinia membentuk lapisan mengambang yang stabil. Invasi Salvinia juga menimbulkan ancaman serius terhadap kegiatan sosial ekonomi yang bergantung pada badan air yang terbuka, mengalir dan atau bermutu tinggi, termasuk pembangkit listrik tenaga air, transportasi nelayan dan kapal. Ancaman serius ini menempatkan Salvinia molestasebagai salah satu dari 100 Jenis Asing Invasif terburuk versi Internasional Union for Conservation of Nature  (IUCN)  pada tahun 2013.

Disamping menimbulkan ancaman ekologis, sosial dan ekonomi, ternyata salvinia molesta juga memiliki beberapa manfaat. Gulma air terapung ini telah digunakan untuk mulsa, kompos, pakan ternak, pembuatan kertas, kerajinan tangan dan pembangkit bio-gas (Howard dan Harley, 1998). Keuntungan tahunan dari pengendalian biologis salvinia di seluruh dunia diperkirakan mencapai sekitar US 150 juta. Hambatan utama penggunaan komersial gulma air mengambang seperti salvinia adalah kandungan airnya yang tinggi, yang seringkali mencapai 90% dari berat basah panen. Jadi sebagian besar panen adalah air, sementara hanya sebagian kecil yang benar-benar merupakan tanaman. Meskipun tingkat pertumbuhan gulma air yang tinggi dapat meningkatkan optimisme  terhadap pemanfaatnya, namun keuntungan komersial salvinia dapat diabaikan dibandingkan dengan dampak sosial-ekonomi negatif dan lingkungan yang telah diketahui secara luas (Julien Center and Tipping 2002; Mitchell D. Pers. Kom. 2005).

Di Indonesia, tumbuhan ini dilaporkan biasa dijumpai Danau Rawa Pening , Jawa Tengah dan Danau Sentani, Papua. Di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, saat ini  Salvinia molestamenjadi ancaman  bagi ekosistem danau Ranu Pani. Tidak diketahui pasti kapan dan bagaimana jenis invasif ini masuk ke  Ranupani, namun serbuannya mulai ditengarai meningkat mulai akhir tahun 2011. Upaya pegendalian dan pembersihan salvinia secara mekanik manual mulai dilakukan dan berhasil membersihkan Ranupani pada tahun 2012. Sayangnya beberapa kali dilakukan pembersihan, tumbuhan invasif ini kembali dan kembali lagi menutupi danau yang berada di kaki Gunung Semeru ini.

Pengendalian salvinia, sebenarnya dapat dilakukan juga secara biologi menggunakan sejenis kumbang subaquatic yaitu Cyrtobagous salvinaeKumbang ini telah terbukti menjadi agen kontrol biologis terbaik untuk digunakan melawan salvinia raksasa. Pertama kali dikumpulkan pada tahun 1980 oleh periset Australia (dari daerah pedalaman di Brasil selatan),kumbang dewasa  dan larva Cyrtobagous salvinaememakan kuncup daun dan daun terminal muda salvinia molesta, menyebabkan daun menjadi gelap, menua dan  terpotong Penggunaan  C. salvinae telah berhasil di setidaknya 16 negara. Namun data dari Global Invasive Spesies Database juga menunjukkan perlunya integrated method yang menggabungkan berbagai metode dari mekanik, biologi sampai penggunaan bahan kimia dalam eradikasi salvinia molesta (Nk).

Disadur dan disarikan dari Global Invasive Species Database 2017.