• Depan
  • › Kategori: Berita
  • › Wisata Minat Khusus Avichidtourism Ranu Lingga Rekisi

Wisata Minat Khusus Avichidtourism Ranu Lingga Rekisi

Balai Besar TNBTS meresmikan wisata minat khusus “Avichidtourism Ranu Lingga Rekisi” di Tumpaksewu Homestay, Jalan Raya Pronojiwo, Dusun Krajan, Desa Sidomulyo, Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang, Provinsi Jawa Timur, 26 Maret 2022. Peresmian tersebut diresmikan langsung secara virtual oleh Pak Wiratno Direktur Jenderal KSDAE, yang dihadiri oleh Toriqul Haq Bupati Lumajang, Novita Kusuma Wardhani Plt. Kepala Balai Besar TNBTS.

Turut hadir pula Direktur Pemanfaatan Jasa Lingkungan Kawasan Konservasi, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Propinsi Jawa Timur,Balai Besar KSDAE Jawa Timur, Badan Riset dan Teknologi Purwodadi, Segenap jajaran Pegawai TNBTS, Muspika Pronojiwo, Camat Pronojiwo, Kepala Desa Pronojiwo, Anggota Kelompok Kerja Ekowisata TNBTS, Peneliti Anggrek, Fotografer, dan Media. Kegiatan dilaksanakan secara luring dan virtual.

Kegiatan yang ditawarkan di wisata minat khusus “Avichidtourism Ranu Lingga Rekisi” ini diantaranya : birdwatching, fotografi endemik Jawa, fotografi anggrek, fotografi koleksi taman anggrek, serta jelajah anggrek di habitat aslinya.

Dalam arahannya Wiratno mengatakan, “Sejak tahun 2017 KSDAE mempunyai 100 lebih role model sebagai inovasi. Salah satunya Balai Besar TNBTS yang sebelumnya telah berinovasi dengan adanya Taman Edelweis yang berada di Desa Wonokitri, Kecamatan Tosari, Kabupaten Pasuruan dan Taman Anggrek di Ranu Darungan, Kabupaten Lumajang. Dalam perspektif wisata, wisata di Bromo sudah terlalu banyak pengunjung yang bersifat mass tourism, untuk megalihkan konsentrasi pengunjung tersebut, TNBTS kembali mengembangkan wisata minat khusus “Avichidtourism Ranu Lingga Rekisi”. Semoga dengan adanya wisata minat khusus ini dapat menambah alternatif pilihan wisata di TNBTS. Mari membangun gerakan bersama dalam pelestarian anggrek”, katanya.

Novita Kusuma Wardhani menambahkan “Seperti yang kita ketahui TNBTS terkenal dengan Sunrisenya Bromo dan Semeru sebagai Gunung tertinggi di Pulau Jawa. Role model sebetulnya adalah keanekaragaman hayati dan masyarakat yang bersatu padu melalui pemberdayaan masyarakat. Terciptalah Taman Anggrek yang didalamnya terkoleksi sebanyak 208 jenis anggrek mulai dari epifit, saprofit, dan terestial.  Saat ini TNBTS sendiri sudah tercatat sebanyak 268 jenis anggrek, 48 jenis diantaranya adalah endemik. Sedangkan untuk jenis burung sudah tercatat sebanyak 197 jenis burung dari 59 genus. Dimana dalam pengelolaan dan pengembangan Taman Anggrek dibantu oleh masyarakat yang sudah mumpuni. Pada dasarnya, wisata minat khusus ini untuk semua kalangan. Namanya wisata minat khusus sehingga akan ada syarat dan ketentuan yang berlaku. Untuk masuknya pun dibatasi dan harus didampingi pemandu dari TNBTS. Jadi, berbeda dengan wisata massal lainnya. Harapan dengan adanya launcing wisata minat khusus ini dapat dijadikan moment kebangkitan ekonomi masyarakat terkena dampak erupsi semeru, pemulihan alam dan pemulihan ekonomi Indonesia. Kemudian dalam perjalannnya dituliskanlah sebuah buku berjudul “Suaka Puspa di Tanah Para Dewa” yang ditulis oleh seorang jurnalis yang dekat dengan konservasi TNBTS Titik Kartitiani, buku ini bisa menjadi motivasi teman-teman untuk menambah ilmu pengetahuan.” Ungkapnya

Toriqul Haq Bupati Lumajan “Hutan dan masyarakat merupakan satu kesatuan. TNBTS dan Pemerintah Kabupaten Lumajang bersinergi melalui gagasan/ide sebagai otimalisasi. Ketika saya berkunjung ke taman anggrek, saya terkesima menjumpai banyak spesies anggrek yang terdapat di sana. Ranu Darungan memilki potensi yang sangat luar biasa, dengan adanya launcing minat khusus Avichidtourism dan buku “Suaka Puspa di Tanah Para Dewa” dapat menjadi ilmu pengetahuan untuk menambah wawasan, dan memikat orang untuk berkunjung ke Ranu Darungan. Pemerintah Kabupaten Lumajang akan membantu mengoptimalkan sarana prasarana di tempat itu dalam waktu dekat ini”, jelasnya.

Buku berjudul “Suaka Puspa di Tanah Para Dewa” merupakan salah satu upaya pelestarian anggrek untuk lebih dikenal oleh khalayak umum sekaligus sebagai media literasi untuk menambah wawasan. Buku ini disusun oleh Titik Kartitiani seorang jurnalis yang banyak berinteraksi dengan TNBTS, berisi tentang jenis anggrek dan sejarah pendirian taman anggrek Ranu Darungan. Bukan sekedar tumbuhan namun juga interaksi manusia di dalamnya termasuk kelompok masyakarat di kawasan hutan yang tak berhubungan langsung dengan anggrek juga turut memperkaya buku ini.

Para pembedah buku hadir secara virtual diantaranya Sulistyono (Dosen Pendidikan Biologi, FKIP Universitas Sanata Dharma), Nurdin Razak (Pemerhati Ekowisata Indonesia), dan Abdi Purmono (The Society of Indonesia Enviromental) Journalist) hadir secara langsung.

Kegiatan dilanjutkan dengan field visit ke Taman Anggrek Ranu Lingga Rekisi, spot hide pengamatan burung, penanaman pinang Jawa, dan diakhiri dengan FGD.

Semoga wisata minat khusus Avichidtourism Ranu Lingga Rekisi ini dapat memperluas spektrum atraksi wisata TNBTS, dapat memulihkan perekonomian dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat. (Siti Maya/PEH TNBTS)