Menggali Tradisional Knowledge & Tradisional Wisdom.. Strategi KLHK dalam Konservasi KEHATI
Kunjungan kerja Dirjen KSDAE, Ir. Wiratno, MSc ke Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) tanggal 7 Juli 2017 selain diisi dengan peluncuran buku, peresmian Resort Model RBM TNBTS di Resort Coban Trisula, juga dimanfaatkan untuk wawancara sebagai narasumber dalam pembuatan film dokumenter Keanekaragaman hayati TNBTS. Pada wawancara tersebut, Dirjen KSDAE mengungkapkan bahwa strategi konservasi keanekaragaman hayati Kementeran Lingkungan Hidup dan Kehutanan adalah bekerja dengan masyarakat, melibatkan masyarakat untuk inventarisasi keanekaragama hayati untuk menjaga hutan dan masyarakat juga mendapatkan manfaat dari kemitraan dengan kawasan konservasi. Menggali pengetahuan tradisonal masyarakat yang telah berhubungan dengan hutan dengan waktu yang lama, itu yang disebut sebagai tradisional knowladge atau tradisonal wisdom kemudian digabungkan dengan tradisional wisdom masyarakat dengan ilmu modern. Sebetulnya sama karena ilmu modern berasal dari tradisional knowladge/tradisonal wisdom dari masyarakat yang berinteraksi dengan hutan dalam waktu yang lama. Strateginya adalah bekerja dengan masyarakat, bekerja dengan pakarnya, dan bekerja dengan pemerintah daerah.
Untuk konservasi jenis yang menjadi prioritas Taman Nasional Bromo Tengger Semeru Ir.Wiratno juga mengungkapakan bahwa Lutung Jawa (Trachypithecus auratus), Elang Jawa (Nisaetus bartelsi), dan Macan Tutul (Panthera pardus melas) menjadi jenis prioritas TNBTS. Pemantauan oleh TNBTS menunjukan tingkat populasi yang meningkat seperti lutung jawa dan elang jawa dan ini merupakan sesuatu yang menggembirakan, untuk menunjukkan kepada masyarakat kalau ingin mencintai burung sebaiknya ke alam tidak membuat burung itu di dalam kurungan dan itu merupakan tujuan pemerintah termasuk tugas dari taman nasional salah satunya yaitu TNBTS. Harapan kedepan apresiasi masyarakat, pendidikan lingkungan semakin meningkat tidak hanya pendakian tetapi paket – paket wisata yang memiliki nilai edukasi seperti pengembangan edelweis di taman nasional ini, sehingga masyarakat tidak harus menggambil di alam. Edelweis bisa diambil dari hasil briding di habitat disini juga hal tersebut akan menghilangkan persoalan kelangkaan.
Selain itu strategi Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dalam upaya konservasi keanekaragam hayati menurut beliau dengan melakukan monitoring terhadap habitat dan pupulasi dan itu menjadi salah satu tugas utama bagi TNBTS. Melakukan monitoring terhadap popilasi termasuk ada problem tentang perburuan satwa dan seterusnya, oleh karena itu taman nasional mengembangkan resort based manejemen atau pengelolaan berbasis resort dalam rangka untuk mengetahui secara pasti kondisi perubahan habitat dan satwa liar di tingkat lapangan (Ana R).