• Depan
  • › Kategori: Artikel
  • › Dampak Ekonomi Obyek & Daya Tarik Wisata Alam (ODTWA) Gunung Pananjakan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru

Dampak Ekonomi Obyek & Daya Tarik Wisata Alam (ODTWA) Gunung Pananjakan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru

 

Kawasan konservasi di Indonesia memiliki berbagai potensi wisata alam  yang menjadi daya tarik bagi para wisatawan lokal maupun mancanegara untuk datang berlibur ke Indonesi.Salah satunya kawasan konservasi yang menjadi  destinasi wisata alam adalah Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS). Taman Nasional Bromo Tengger Semeru merupakan salah satu kawasan pelestarian alam di Jawa Timur yang didalamnya terdapat banyak obyek wisata menarik yang bisa dinikmati, seperti Wisata melihat matahari terbit (Sunrise) di Gunung Penanjakan. Gunung Penanjakan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) memiliki ketinggian sekitar 2,770 mdpl. Puncak Penanjakan  merupakan salah satu lokasi view point yang merupakan tujuan utama bagi para wisatawan untuk menikmati wisata matahari terbit. 

Banyaknya jumlah wisatawan yang berkunjung dapat memberikan dampak ekonomi pada masyarakat sekitar. 

Dampak ekonomi yang dihasilkan oleh sektor pariwisata umumnya diukur dari keseluruhan pengeluaran pengunjung untuk keperluan akomodasi, konsumsi, perjalanan, dokumentasi dan keperluan lainnya. Perputaran uang di lokasi wisata memberikan dampak terhadap jumlah penerimaan, pendapatan, serta pengeluaran bagi masyarakat lokal. Menurut Stynes et al. (2000) dalam Milasari (2010), pengaruh total pariwisata terhadap ekonomi wilayah merupakan penjumlahan dari dampak langsung (direct effects), dampak tidak langsung (indirect effects) dan dampak lanjutan (induced effects). Dampak langsung selanjutnya lebih dikenal sebagai dampak primer, sedangkan dampak tidak langsung dan ikutan biasanya disebut dengan dampak sekunder. Dampak ekonomi langsung merupakan manfaat yang langsung dirasakan oleh masyarakat berupa pendapatan yang diterima oleh penerima awal pengeluaran wisatawan. Dampak tidak langsung adalah aktivitas ekonomi lokal dari pembelanjaan unit usaha penerima dampak langsung dan dampak lanjutan (induced impact). Dampak lanjutan merupakan aktivitas ekonomi lanjutan daritambahan pendapatan masyarakat lokal. Perputaran uang di lokasi wisata timbul karena adanya pengeluaran wisatawan selama berwisata antara lain yaitu pengeluaran untuk transportasi, akomodasi, konsumsi, dokumentasi, pembelian souvenir, dan lain-lain. Terdapat dua jenis pengeluaran wisatawan, yaitu pengeluaran wisatawan di dalam kawasan wisata dan di luar kawasan wisata. Ada pula transaksi yang terjadi di luar lokasi wisata yang disebut sebagai kebocoran ekonomi (economic leakage) (Yoeti, 2008).

Penelitian yang dilakukan oleh Hacika Andjani pada tahun 2016 di kawasan wisata Gunung Pananjakan, Taman Nasional Gunung Bromo Tengger Semeru,menunjukan dampak ekonomi positif wisata alam di gunung Panajakan  bagi masyarakat sekitar. Pada penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif tersebut, peneliti  melakukan survei atau wawancara dengan bantuan kuesioner kepada wisatawan, pemilik unit usaha, dan tenaga kerja di kawasan wisata Gunung Pananjakan. 

 

Dampak ekonomi langsung merupakan sejumlah uang yang diterima oleh pemilik unit usaha yang berada di dalam kawasan wisata Gunung Pananjakan dari transaksi ekonomi (jual-beli) wisatawan dengan unit usaha. Rata-rata unit usaha yang berada di dalam kawasan Gunung Pananjakan ramai pengunjung pada akhir pekan dan hari-hari libur nasional, namun demikian pada hari kerja pun mereka tetap membuka usahanya meski tak seramai pada hari libur. Selain memperoleh penerimaan dari wisatawan, unit usaha yang ada juga melakukan berbagai pengeluaran di dalam kawasan, seperti pengeluaran untuk biaya listrik, biaya transportasi, pembelian barang dagangan, biaya konsumsi di dalam kawasan, dan biaya lainnya. Unit usaha di kawasan Gunung Pananjakan tidak dikenakan biaya sewa tempat ataupun biaya kebersihan dan keamanan. Hampir semua unit usaha di kawasan wisata Gunung Pananjakan tidak mempekerjakan tenaga kerja atau dikelola sendiri serta dibantu oleh anggota keluarga lain.  Jenis usaha yang terdapat di dalam kawasan Gunung Pananjakan adalah unit usaha penyewaan jip, ojek, pedagang kaki lima seperti warung makan dan toko cinderemata, dan juga pemandu wisata serta pedagang asongan. Pendapatan yang diperoleh setiap unit usaha berbeda-beda. Pendapatan per tahun terbesar adalah pendapatan unit usaha pemandu wisata, dengan rata-rata pendapatan sebesar Rp. 90,120,000. Hal tersebut dikarenakan hampir setiap harinya jasa pemandu wisata digunakan oleh para wisatawan

Dampak ekonomi langsung dari kawasan wisata Gunung Pananjakan diperoleh dengan mengalikan jumlah populasi unit usaha dengan rata-rata pendapatan unit usaha per tahun. Nilai dampak ekonomi langsung terbesar dirasakan oleh unit usaha penyewaan jip, yaitu Rp3,892,864,000 per tahun. Hal tersebut dikarenakan untuk mencapai kawasan Gunung Pananjakan wisatawan tidak diperbolehkan mengendari kendaraan pribadinya, sehingga wisatawan pun harus menyewa jasa jip sebagai alternatif lain agar dapat sampai ke dalam kawasan wisata dan populasi dari unit usaha penyewaan jip lebih banyak dibandingkan unit usaha lainnya. Total dampak ekonomi dari kawasan wisata Gunung Pananjakan adalah sebesar Rp9,067,245,455 per tahun

Dampak ekonomi tidak langsung didapatkan dari hasil pengeluaran unit usaha berupa biaya operasional unit usaha yang berada di dalam kawasan wisata Gunung Pananjakan. Keberadaan kawasan wisata tersebut juga banyak menyerap tenaga kerja dari masyarakat lokal yang ada di sana sehingga menimbulkan dampak ekonomi secara tidak langsung berupa upah yang diterima oleh tenaga kerja yang bekerja di sektor wisata tersebut.  Pengeluaran yang dilakukan oleh unit usaha di dalam lokasi wisata diantaranya adalah biaya transportasi, pembelian barang dagangan, konsumsi di dalam kawasan dan biaya lainnya, sedangkan pengeluaran yang dilakukan di luar lokasi wisata adalah pembayaran listrik. Biaya transportasi dibedakan menjadi dua, yaitu biaya pembelian bensin bagi unit usaha penyewaan jip dan ojek, dan biaya pengantaran barang dagangan bagi unit usaha warung makan dan toko cinderamata. Berdasarkan hasil penghitungan unit usaha warung makan sekaligus cinderamata merupakan unit usaha dengan pengeluaran di kawasan wisata terbesar yaitu Rp 38,108,727 per tahun. Hal tersebut dikarenakan unit usaha warung makan dan cinderamata mengeluarkan biaya pembelian barang dagangan paling besar dibandingkan biaya pengeluaran pembelian barang dagangan unit usaha lainnya. 

Perolehan total dampak ekonomi tidak langsung dari kawasan wisata Gunung Pananjakan didapat dengan menjumlahkan total pengeluaran unit usaha di kawasan wisata dengan total pendapatan tenaga kerja. Total dampak ekonomi tidak langsung terbesar diperoleh unit usaha penyewaan jip yaitu Rp1,913,669,333 per tahun dikarenakan unit usaha penyewaan jip merupakan unit usaha dengan populasi terbesar, dan hampir setiap harinya wisatawan menggunakan jasa dari unit usaha tersebut. Total dampak ekonomi tidak langsung dari kawasan wisata Gunung Pananjakan adalah sebesar Rp4,558,753,879 per tahun. Nilai tersebut menunjukan bahwa kawasan wisata Gunung Pananjakan telah memberikan manfaat bagi masyarakat lokal sebagai tenaga kerja.

Kawasan wisata tidak hanya menghasilkan dampak langsung dan dampak tidak langsung tetapi juga menghasilkan dampak lanjutan. Dampak lanjutan dari kegiatan wisata di kawasan wisata Gunung Pananjakan yaitu berupa pengeluaran yang dilakukan tenaga kerja. Pengeluaran tenaga kerja terdiri dari pengeluaran konsumsi di lokasi wisata, listrik, transportasi ke kawasan wisata, dan sekolah anak. Pengeluaran tenaga kerja lokal di kawasan wisata akan memberikan dampak positif terhadap perekonomian masyarakat sekitar

Dampak ekonomi lanjutan didapat dengan cara mengalikan rata-rata total keseluruhan pengeluaran tenaga kerja, dengan proporsi pengeluaran di kawasan wisata dan jumlah populasi dari tenaga kerja. Dari hasil perhitungan tersebut diperoleh nilai dampak ekonomi lanjutan di kawasan wisata Gunung Pananjakan adalah sebesar Rp. 789,011,528 per tahun

Nilai efek pengganda (Multiplier Effect) digunakan untuk mengukur dampak ekonomi terhadap masyarakat sekitar kawasan wisata. Berdasarkan META (2001), dampak ekonomi terhadap masyarakat lokal dibedakan menjadi (1) Keynesian Local Income Multiplier Effect, yaitu nilai yang menunjukkan berapa besar pengeluaran pengunjung berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan masayarakat lokal, (2) dan Ratio Income Multiplier, yaitu nilai yang menunjukkan seberapa besar dampak langsung yang dirasakan dari pengeluaran pengunjung berdampak terhadap perekonomian lokal.DAri kegiatan wisata alam di Gunung Pananjakan diperoleh nilai Keynesian Income Multiplier sebesar 1.02 yang artinya bahwa setiap peningkatan satu rupiah pengeluaran wisatawan akan meningkatkan ekonomi lokal sebesar 1.02 rupiah. Nilai Ratio Income Multiplier tipe I adalah sebesar 1.50 yang artinya bahwa setiap peningkatan satu rupiah pada penerimaan unit usaha akan mengakibatkan peningkatan sebesar 1.50 rupiah terhadap pendapatan pemilik usaha dan tenaga kerja. Nilai Ratio Income Multiplier Tipe II adalah sebesar 1.59 yang artinya bahwa setiap kenaikan satu rupiah penerimaan unit usaha maka akan mengakibatkan peningkatan sebesar 1.59 rupiah pada pendapatan pemilik usaha, pendapatan tenaga kerja dan pengeluaran konsumsi tenaga kerja dalam putaran perekonomian lokal di kalangan masyarakat sekitar. Nilai Keynesian Multiplier yang diperoleh adalah lebih dari satu, yang artinya lokasi wisata Gunung Pananjakan telah mampu memberikan dampak ekonomi terhadap kegiatan wisatanya, atau dapat disimpulkan bahwa adanya keberadaaan objek wisata Gunung Pananjakan dapat memberikan dampak ekonomi yang cukup besar bagi masyarakat sekitar. Dampak ekonomi yang cukup besar ini dapat mempengaruhi masyarakat lokal untuk tetap mempertahankan dan menjaga kelestarian serta keindahan kawasan Gunung Pananjakan.

 

 

Disadur dari ; HACIKA ANDJANI, 2016, Analisis Dampak Ekonomi dan Daya Dukung Kawasan Wisata Gunung Pananjakan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru.